KONSEP BAHASA MENURUT METODE FENOMENOLOGI-HERMENEUTIKAMARTIN HEIDEGGER DAN IMPLIKASINYA BAGI BUDAYA BERBAHASA PARA CALON IMAM DIOSESAN
Abstract
Martin Heidegger, melalui metode Fenomenologi-Hermeneutika dan investigasi transendental, menampilkan suatu analisis dan interpretasi bahasa dalam tingkatan primordial-ontologis. Filsuf eksistensialisme ini menekankan, melalui karya-karya tulisnya, bahwa manusia dapat memahami keberadaan dirinya dengan suatu kesadaran ontis yang diinterpretasi. Pengungkapan kesejatian diri didasarkan pada Sein (Being) sebagai adanya Ada. Menurutnya, manusia memerlukan suatu pembelajaran berkelanjutan untuk menganalisis Ada itu dengan mempelajari dengan sungguh-sungguh Dasein (being-there) sebagai wadah pengungkapan kualitas diri di-dalam-dunia (being-in-the-world) dan hidup bersama-orang-lain (being-with-another). Seorang calon Imam Diosesan harus men-dunia, hidup di-tengah dunia, menyadari kesekitarannya dan menjadi berguna secara kualitatif. Itu tergantung dari bagaimana ia mem-bahasa-kan kehidupannya, bukan pertama-tama dengan bahasa artikualtif-komunikatif, namun dengan bahasa perbuatan, berakhlak dan berkarakter.
Keywords
Heidegger, Eksistensialisme, Sein, Dasein, Diosesan
References
Babu M N. Heidegger’s Hermeneutical Phenomenology: A Philosophy of Being. India: K.G. Sasi, Kadukkappilly, 2010.
Heidegger, Martin. Being and Time. Translated by Joan Stambaugh. Albany: State University of New York Press, 1996.
Kaelan, H. Filsafat Bahasa Semiotika dan Hermeneutika. Yogyakarta: Penerbit “Paradigma”, 2009.
Ohoitimur, J. “Aliran-Aliran Utama Filsafat Barat Kontemporer”. Traktat Kuliah STF Seminari Pineleng, Januari 2012.
Zubaendi.Filsafat Barat: Dari Logika Baru Rene Descartes Hingga Revolusi Sains ala Thomas Kuhn. Cetakan ke-1. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media Group, 2007.
DOI: https://doi.org/10.47025/fer.v2i2.24
Refbacks
- There are currently no refbacks.
This Journal Fides et Ratio is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial 4.0 International License.